Sunday, July 10, 2011

awan, malaikatku?

“Awan,” ucapnya. Seolah mengetahui bahwa aku begitu bertanya – tanya tentang kehadirannya.

“Kamu siapa?” Tanyaku.

“Mungkin saja malaikatmu. Kalau kamu mempercayainya,” Jawabnya tenang. Seolah mengerti bahwa aku berharap dia adalah seorang malaikat. Seraya dia tersenyum penuh arti.

“Konyol! Mana mungkin ada malaikat kayak kamu?” Ejek ku. Kemudian bersambung dengan tawa lebarku.

“Kamu mungkin nggak akan percaya sekarang. Tapi tunggu aja. Suatu saat mungkin kamu akan menyesal jika mengetahui bahwa aku adalah malaikatmu. Malaikat adalah utusan Tuhan yang membantu makhluk yang Tuhan sayangi. Tapi dia hanya datang saat dibutuhkan, bukan disaat yang kita inginkan.” Jelasnya panjang.

“Buat apa aku nyeselin itu semua? Nggak penting tau.” Ujarku datar juga.

“Baiklah, dan namamu?”

“Aku? Nicky.”

Dan dari perkenalan ini lah, aku mendapatkan nomer telponnya, dan segalanya yang memudahkan ku untuk menghubunginya. Yah, setidaknya itu pendapatku. Pada kenyataannya, menghubunginya membutuhkan banyak kata yang dibaca ‘KESABARAN’. Dan lagi – lagi aku tak memilikinya.huft

Kau akan mulai berfikir kisah ini akan seperti diary panjang, yang seolah menceritakan kisah epic, sampai matinya tokoh utama. Maka jawabannya adalah ya. Dan tidak. Ya, karena ini mungkin akan mengisahkan kematianku. Tapi, hei! Aku bisa jadi bukan tokoh utamanya. Karna toh dari awal aku tak pantas mendapatkan gelar ‘Tokoh Utama’.

Aku akan memulai kisah baru setelah ini. Dan tentu saja masih lanjutan dari prologue diatas. Jika tidak bukan kisah bersambung bukan?

-nix-

No comments:

Post a Comment