Monday, December 12, 2011

12.12.2011

what happen if the one that you love the most.
that you think they understand you the most.
really want you to change your self, not except you like usual.
want you to become something else that not your self to be.
hurt?

yeah.
that's hurt

aku bener - bener speechless.
begitu dengar sendiri langsung dari orangnya.
meskipun cuman berbentuk sindiran.
tapi aneh aja rasanya.
sakit banget.

aku ampe nggak bisa ngomong langsung sama orangnya.












udahlah.aku nggak tau harus ngomong apa.

Thursday, November 3, 2011

biarkan

bisikku ini milik kalian.
jika nanti aku terlelap
mka biarkan menari dalam senyap
aku,
kenangan,
kalian,
meski tampaknya penuh kaku
ku biarkan berliku
kesekian kalinya
dan kata.
tampak
tak berarti lagi.

Tuesday, July 12, 2011

review movie

hari ini aku nonto film yang romantis banget.
judulnya 'A little called love'
gila! nunggu satu orang yang dia cintain selama bertahun - tahun.
aku dulu pernah ngelakuin hal yang sama.
tapi trus orangnya meninggal dunia.
huft.
sekarang aku punya satu cinta.
aku bakal nungguin orang itu juga sampe bisa ngebuka ke orang - orang yang dia sayangin,
tentang aku.
aku bakal nunggu orang itu bilang ke aku,
kalo dia bakal milikin aku selamanya.
bakal ada disamping aku, dan nikahin aku.
tapi dia bilang itu masih lama.
aku tau kok.
dia bilang, dia mau yang terbaik buat aku.
jadi aku bakal nugguin dia, sampe dia siap buat bilang apa yang aku tungguin selama ini.
aku udah nggak bisa lagi sayang sama orang lain selain dia.
aku tau, mungkin dia nggak sesempurna apa yang orang lain harepin.
tapi buatku, dia terlalu sempurna.
aku bakal nungguin saat dia dateng dan meluk aku.
saat itu,
jadi aku selalu inget kata - katanya yang bilang,
suatu saat nanti..

aku bakal inget terus.

rian.

Sunday, July 10, 2011

Satu Hari Bersama Rei

“Rei! Berani kamu ngelawan orang tua kamu sendiri?!”

“rei udah nggak peduli lagi sama orang yang nggak pernah peduli sama rei! Rei mau pergi.”

Aku udah nggak peduli sama orang tuaku. Mereka semua menyebalkan. Aku minggat dari rumah hari ini. Tentu saja dengan membawa semua kartu kredit orang tuaku.

Aku nggak ngerti mau jalan kemana. Jadi aku mulai mengunjungi mall, tempat karaoke, dan tempat hiburan yang lain. Aku lelah. Kaki ku menuntun ku ke sebuah taman yang indah. Taman bermain anak – anak. Dulu aku sering bermain disini waktu kecil. Aku duduk dan mulai melamunkan masa kecilku. Menggoyangkan kedua kaki ku layaknya yg sering ku lakukan waktu aku kecil. Terdiam.

-nix-

Sejak tadi aku memang hanya memperhatikan. Gadis ini kelihatan sedih. Tapi cantik sih. Hehehe. Rasanya aku belum pernah melihat gadis ini sebelumnya. Apa kutanyakan saja padanya.

“hi. Namaku adit.” Ujarku.

“kamu baru ya disini?” tanyaku.

Dan lagi – lagi tak ada respon. Gadis ini hanya diam saja. Seumur hidup baru pertama kali ada cewek yang ngacangin aku kalo ngomong. Nggak mungkin kan pesona kegantengan ku yang mirip sama yuusun personil SUJU ini terlewatkan begitu saja.

“hei!” skali lagi dengan sedikin sentakan ku kagetkan lamunannya.

-nix-

Aku tersentak dari lamunanku. Seorang yang tidak kukenal mengagetkanku. Huh. Siapa sih cowok ini. Ngagetin orang sembarangan. Sontak saja aku marah – marah.

“apa – apaan sih? Sembarangan aja ngagetin orang!” balasku dengan sedikit membentak.

“kamu aja yang dari tadi ku ajak ngomong nggak merhatiin. Kamu anak baru disini. Aku nggak pernah liat kamu. Makannya aku nanya kamu siapa.” Ujar cowok itu

“suka – suka aku lah mau duduk disini sampe kapan juga. Ini kan tempat umum.”ujarku ketus

“yaa yaa. Ogke. Terserah kamu. Ini memang tempat umum. Tapi wajar kan kalo aku mau tau. Aku adith. Nama kamu sapa?”

“iya sih. Ya udah deh. Maaf ya. Masalahnya aku tadi lagi suntuk malah kamu kagetin. Namaku rei.”

Lantas aku hanya melihatnya tersenyum memandangku.

-nix-

Aku tersenyum melihatnya bicara. Bisa ngomong juga ni cewek. Melihatku tersenyum. Dia mencoba memaksakan senyumnya untukku. Lantas aku tertawa panjang.

“udah – udah. Kalo lagi bener – bener suntuk nggak usah maksa ketawa. Jeleg tau! Cewek tu harusnya cantik.”

“emang sejeleg itu ia?” diiringi ekspresi mukanya yang cemberut.

“tu kan tambah jeleg.” Dan aku tertawa. “ daripada kamu cemberut, mending kamu ikut aku.” Ajakku

“ kemana?” Tanya rei padaku.

“ udah ikut aja! Nggak usah banyak Tanya. Yang penting kan seru!”jawabku.

Lantas aku mengajak nya ke tempat ku biasa nongkrong. Kebetulan disana sedang diadakan festival anime. Dan aku sangat menyukainya. Aku tak menyangka dia juga terlihat bahagia disini.

-nix-

Apa nama tempat ini. Apa nama acara ini. Seolah begitu banyak tanya di benakku. Aku belum pernah datang ke tempat seramai ini. Bersama seseorang yang baru saja kukenal. Tempat ini terlihat bahagia. Seperti festival musim panas waktu ayah mengajakku saat aku masih kecil dulu di jepang. Untuk pertama kalinya seumur hidupku aku merasa begitu bahagia bersama seseorang setelah sekian lama. Aku hampir lupa kapan terakhir kali aku merasakan hal seperti ini. Tertawa selepas – lepasnya. Bebas. Betapa aku telah lupa seperti apa dunia. Lantas aku tersenyum, berlari, dan tertawa. Mencoba segalanya.

“ makasih ya dith. Udah bawa aku ketempat seindah ini. Namanya festival anime ya. Aku baru tau.” Ujarku tulus.

“ha? Ini kan ada setaun sekali. Yang bener kamu baru pertama kali? Kamu juga nggak tau anime? Wah payah banget kamu. Berarti kamu belum tau dunia ini kayak gimana!” jelas adith bersemangat.

“yah, mau gimana lagi. Aku emang nggak pernah tau. Emang dunia kamu kayak gimana? Aku boleh nggak ngerasain lebih dari ini?” tanyaku polos

“ya jelas dunia ku sebagus dan seganteng wajahku laah!” kata adith mengeluarkan penyakit narsisnya.

“huek! Kalo gitu aku nggak jadi pengen tau aja lah! Kamu aja jelek kayak gitu.” Ujarku sambil tertawa.

“alah, gitu banget sih! Iya deh iya. Terserah kamu aja maunya gimana. Dibilangin nggak percaya.” Ujar adith.

Dan aku tertawa lagi.

-nix-

Entah kenapa melihatnya tertawa begitu indah. Hehe. Apa mungkin aku suka sama rei. Orang aku baru kenal sama rei. Mana mungkin langsung suka gitu aja.

Aku membelikannya sebuah gantungan kunci salah satu tokoh kartun di anime kesukaan ku. One piece. Aku membelikannya yang berbentuk robin.

Sedangkan dia membelikanku action figure nya tokoh utama bleach, ichigo. Dia bilang ini kenang – kenangan. Supaya kita saling mengingat seandainya suatu saat kita tidak dapat bertemu lagi. Apa maksudnya.

-nix-

“dith, bisa berhenti sejenak nggak. Aku pusing ni.” Ujarku perlahan. Damn aku benci banget kalo udah kayak gini. Kenapa sih harus kambuh sekarang.

“wah, payah ni. Cumin segini aja? Masa gitu aja udah capek. Ayo dikit lagi. Masih banyak lo stand yang belum kita lihat. Masa mau berhenti?” tanya adith

“bukan berhenti, cuman istirahat…”

Kata – kata ku terpotong olehku sendiri. Semua nya tiba – tiba saja samar. Hal terakhir yang kulihat adith yang meneriakkan namaku dan meminta tolong. Setelah itu semuanya gelap.

-nix-

“rei!” teriakku.

Aku menggendongnya.

Meminta tolong, menelpon ambulan. Menyuruh semua orang menyingkir. Ambulan datang dan aku mengantar rei kerumah sakit.

Aku melihat kartu identitasnya dan menemukan sejumlah kartu kredit, dan kartu asuransi kesehatan terkemuka.

“reinata nixiena hikaru..” ejaku. Nama yang indah. Ada apa dengannya. Entah mengapa aku hanya tak ingin kehilangan gadis ini sekarang.

-nix-

Aku merasa tenang dan nyaman di tempat ini. Lantas aku teringat mama dan papa. Lalu adith. Apakah aku boleh selamanya tinggal ditempat seindah ini. Tiba – tiba adith muncul di hadapanku dan tersenyum.

“kembalilah rei. Kalau kau bahagia disini, kembalilah dulu dan temui aku. Setelah itu kembalilah.” Ujar adith dan dia menghilang.

Setelah itu semuanya terlihat memudar dan aku terbangun. Ada adith disana, menggenggam tanganku. Papa dan mama menangis. Mereka terlihat akur sekarang. Aku tersenyum untuk mereka semua.

-nix-

“rei, udah lah. Jangan dipaksa lagi. Kan aku udah bilang. Jangan senyum kalo dipaksain. Jeleg tau! Harusnya cewek itu cantik.” Ucapku padanya sambil menahan rasa panas di kedua mataku. Aku tak boleh menangis di hadapannya.

Kenapa dia tidak bilang padaku, jika ini bisa jadi hari terakhirnya. Aku mungkin bisa saja mengajaknya ketempat yang lebih indah untuknya.

“iyah dith. Nggak bakal aku paksain lagi. Makasih ya dith. Tadi saat terindah di hidupku. Makasih robinnya. Bakalan kubawa kemana – mana. Tadi aku dibawa ketempat bagus banget. Aku pengen tinggal disana. Tapi aku mau bilang dulu sama adith” cerita rei panjang lebar.

“iyah. Udah. Nggak usah ngomong lagi. Istirahat aja. Rei ketemu sama mama papa nya rei iya? Mereka udah nunggu kamu dari tadi.” Ujarku lembut padanya.

“iyah. Mana mama sama papa? Tanya nya.

Lantas aku menjauh dari sisinya. Dan melihat senyum nya.

-nix-

“mah, pah, yang akur yah. Jangan berantem lagi. Rei sedih litany. Makannya tadi rei pergi dari rumah. Maafin rei ya mah? Pah?” pintaku.

“udah nak. Mama tau kamu nggak salah. Mama sama papa janji nggak bakal berantem lagi. Tapi kamu jangan pergi lagi ya nak. Mama sama papa sedih”

“rei kan nggak pernah pergi dari hatinya mama sama papa. Mama jangan sedih lah. Papa juga nggak boleh nangis kayak gitu.” Ujarku.

“iya sayang, papa nggak bakal nangis.”

“rei capek banget ma, pa, rei mau istirahat. Tapi rei mau ketemu adith dulu.boleh ya ma?” pintaku lirih.

“boleh sayang. Mama sama papa keluar dulu ya. Manggil adith buat kamu.”

Sejenak sepi dan aku melihat adith datang. Andai aku bisa lebih lama lagi bersamanya. Dan melihat indah dunianya. Andai. Namun mataku terasa sangat berat. Kepalaku sakit banget. Rasanya kayak mau pecah.

“dith. Temenin rei ya. Rei mau istirahat. Jangan pergi sampe rei tidur yah? Rei lelah banget.” Ujarku penuh harap

“iya rei. Adith nggak bakal pergi kemana – mana.” Jawab adith, lantas mengecup keningku lembut.

Kali ini aku tersenyum. Tulus. Dan menutup mataku penuh kebahagiaan. Aku merasakan damai. Dan pergi ketempat indah itu.

-nix-

Aku melihat senyum indah terakhirnya. Merasakan hembus nafas terakhirnya.

“Oyatsuminasai rei.” Bisikku.

Ucapan selamat tidur untuknya yang pertama dan terakhir kali. Aku meneteskan air mata, dan berharap bersamanya lebih lama lagi.

“ sayonara rei.” Bisikku lagi.

Dan aku melangkahkan kaki keluar kamar rumah sakit yang rei tempati. Rei tidur dengan damai dan pergi selamanya. Kanker otak membuatnya tak dapat bertahan lebih lama lagi. Hanya itu yang kutau dan ku dengar dari dokter yang merawatnya. Selebihnya, aku tak mengerti. Bahkan menyayanginya tak dapat merubah keaadaan bahwa aku tak mengerti satupun tentangnya. Reinata.

-nix-

Satu tahun kemudian, aku kembali ke taman tempat rei dan aku bertemu. Taman ini masih sama. Aku melihat kursi tempat rei duduk dan melihat seorang gadis duduk sambil mengayunkan kakinya. Aku tersentak dan mulai memperhatikan, aku seperti pernah melihat gadis ini. Ada gantungan kunci robin di hape nya. Dan wajahnya, rei..?

-nix-

awan, malaikatku?

“Awan,” ucapnya. Seolah mengetahui bahwa aku begitu bertanya – tanya tentang kehadirannya.

“Kamu siapa?” Tanyaku.

“Mungkin saja malaikatmu. Kalau kamu mempercayainya,” Jawabnya tenang. Seolah mengerti bahwa aku berharap dia adalah seorang malaikat. Seraya dia tersenyum penuh arti.

“Konyol! Mana mungkin ada malaikat kayak kamu?” Ejek ku. Kemudian bersambung dengan tawa lebarku.

“Kamu mungkin nggak akan percaya sekarang. Tapi tunggu aja. Suatu saat mungkin kamu akan menyesal jika mengetahui bahwa aku adalah malaikatmu. Malaikat adalah utusan Tuhan yang membantu makhluk yang Tuhan sayangi. Tapi dia hanya datang saat dibutuhkan, bukan disaat yang kita inginkan.” Jelasnya panjang.

“Buat apa aku nyeselin itu semua? Nggak penting tau.” Ujarku datar juga.

“Baiklah, dan namamu?”

“Aku? Nicky.”

Dan dari perkenalan ini lah, aku mendapatkan nomer telponnya, dan segalanya yang memudahkan ku untuk menghubunginya. Yah, setidaknya itu pendapatku. Pada kenyataannya, menghubunginya membutuhkan banyak kata yang dibaca ‘KESABARAN’. Dan lagi – lagi aku tak memilikinya.huft

Kau akan mulai berfikir kisah ini akan seperti diary panjang, yang seolah menceritakan kisah epic, sampai matinya tokoh utama. Maka jawabannya adalah ya. Dan tidak. Ya, karena ini mungkin akan mengisahkan kematianku. Tapi, hei! Aku bisa jadi bukan tokoh utamanya. Karna toh dari awal aku tak pantas mendapatkan gelar ‘Tokoh Utama’.

Aku akan memulai kisah baru setelah ini. Dan tentu saja masih lanjutan dari prologue diatas. Jika tidak bukan kisah bersambung bukan?

-nix-

Saturday, May 28, 2011

Waktu Aku Kabur,,

ini semua demi berakhinya penindasan yang terjadi lebih dari 19 tahun saudara - saudara.

saya mengerti jika keinginan orang tua biasanya baik
saya sangat mengerti.
tapi jika semua keinginan bahkan yang menyangkut masa depan,
juga dipaksakan pada kita. apa yg terjadi?

sebuah pemberontakan.

dan itulah yang kulakuka.hahahaha(tertawa kemerdakaan mode : ON)

masalahnya sebenernya nggak serius - serius banget sih.
cuman masalah mau kuliah dimana kah saya?
pasti orang akan bertanya atau beranggapan seperti ini :
'gila! emang lw goblok bgt ya? sampe nggak dapet kampus buat kuliah. udah cari yang gampang aja klo gitu.swasta kek.swadana kek.'
jawabannya, saya sudah mendapat sebuah kampus untuk bersekolah.saya sudah membayarnya.dan sudah mengimpikan sejak lama dapat bersekolah dengan jurusan yang saya ambil skarang.

lalu orang akan bertanya lagi :
'kalau udah dapet tempat buat kulaih. ngapain sih pusing-pusing berantem sama ortu. udah suka. udah dibayar. kurang apa lagi sodara - sodara. yang laen aja masi pusing nyari kampus nggak dapet - dapet!'

yak.disanalah masalahnya.

setelah saya berhasil mendapatkan kampus dengan jurusan yang sudah saya inginkan.
mama maksa - maksa gw buat ikut snmptn.
harus di ITB.
harus Tekhnik.
sedangkan sebagai anak, selama hampir 19 tahun gw ggak pernah sekalipun bisa milih gw mau sekolah dimana. ngambil jurusan apa. dulunya gw pwngwn bgt masuk bahasa, iah kalo nggak ada ips aja lah.
tapi kata nyokap yang anak IPA and jadi guru IPA juga, gw harus masuk IPA.
huft. pas sma pengen masuk smk aja nggak boleh.

yah. intinya itu semua sudah berlalu.
jadi untuk sekali seumur hidup, gw pengen bgt bisa nentuin kmana gw harus melangkah.
dan masih nggak dibolehin juga.

maka terjadilah sebuah pemberontakan gerilya.
dimana saya akhirnya melarikan diri ke sebuah kos milik sebuah teman perempuan saya.
sedangkan bokap sama nyokap berfikir saya menginap di rumah teman laki-laki saya.
atau lebih tepatnya mereka tidak tau dimana saya berada.
dan setelah melakukan beberapa kali kontak senjata dalam peperangan sengit ini (dibaca : berantem di telpon).
akhirnya kami mengadakan perundingan yang diakhiri perjanjian damai antara saya dan orang tua saya.
maka terkibarlah bendera kemerdekaan setelah melalui penjajahan selama 19 abad lamanya(dibaca : 19 tahun)

--the end--

terimakasih telah mengikuti dan membaca sejarah perjuangan kemerdekaan saya ini.
:D

Saturday, May 21, 2011

my mom cheats with another man

Restart my Life

Without You Mam

I'm Seven Years old but i know that you had been cheat

ignore you now

from noon till night

I strike this shit , memory just turn all to fight

i track you from this window

i caught you kiss that man

dare to do that mother, the son still smile and said...

"I won't sad and share!"

" I got sisterto care!"

A Promises for being strong and not being adore (ful)

You turn to wise

But pain won't last

when every truth that burn all goodthings back to lies

I track you from this window

I caught you kiss that an

dare to do that mother, the son still smile and said...

Directions built all destructions

Couragious being a figher....I can stand....I will stand!!....

Don't Stop Me now

Don't hug me now

I lost my side for loving you now

Turn green to brown

Look what I've done

well I pt the lyrics on and now....


Sunday, May 15, 2011

Awan, Malaikatku?

Prologue

Senja masih menyisir langit dengan manis. Sedang aku masih terduduk menatap jauh langit tak bertepi.

“Huft. Aku bosan malaikatku. Sepi nggak ada kamu. Kenapa si tiap senja kamu ikut beranjak.” Gerutuku.

Aku segera beranjak menuju motor kesayanganku. Aku mulai mencari telfon genggamku. Mencari nomer telfon yang kumau. Dan mulai menekan tombol dial.

“Damn! Sibuk terus. Kenapa sih kalo mulai malam dia selalu ilang gini. Telpon pasti dimatiin.”

Dengan segera kunaiki motor roda tiga modifanku. Aku melajukan motorku sekuat – kuatnya. Berharap bisa mengejar segalanya, ku percepat lajuku. Namun sepertinya usahaku sia – sia. Aku tak bisa menemukan apapun. Segera saja aku bertambah kesal dan mulai menyumpah – nyumpah. Malam ini masih seperti malam biasanya. Aku masih tak dapat menemukannya.

Aku pun tak habis pikir kenapa tiba – tiba aku menjadi terobsesi dengannya. Padahal pertemuan kita cukup singkat. Malahan kita hanya sesekali bertemu. Tapi rasanya satu pertemuan itu telah merubah duniaku. Saat itu..

-nIx-



Pantai ini tampak terlalu senyap untuk ku. Tapi setidaknya ini yang kubutuhkan. Aku memarkirkan motor kesayanganku dan melangkah menyisiri pantai ini. Tak ada lagi yang mungkin kupikirkan. Aku mulai tak ingin hidup lagi. Bahkan sepertinya semuanya begitu menyakitkan. Aku mulai membenci segalanya.

Seolah hanya uang yang ada di dalam kepala orang tuaaku. Aku telah bosan dengan kehidupanku sendiri. Andai saja aku bisa, mungkin aku telah menyusul semua orang yang kucintai, pergi begitu saja meninggalkan semua fata morgana dunia ini.

Ombak sore ini terlihat begitu bebas, bagaimanakah rasanya mengikuti ombak yang sebebas ini. Kumajukan diriku, begitu dekat dengan ombak – ombak yang semakin membesar. Seolah tangan – tangan kecil mereka menyeka wajahku lembut. Aku menyukainya. Berdiri di tepian pantai seperti ini. Di puncaknya yang tinggi. Begitu dekat dengan ombak – ombak ku yang begitu indah menari. Seolah begitu dekat dengan kebebasan. Sendiri.

Cowok itu begitu saja menarikku dengan tangkas dan diam. Selangkah lagi mungkin aku akan jatuh ke laut bebas, seperti yang mungkin saja kuinginkan. Biasanya tak seperti itu, entah mengapa kali ini batasku hilang. Dan orang itu hanya menatap kedua mataku seolah memohon tak melakukan nya lagi. Dalam diam dia menyeka wajah ku, menyibak rambutku, dan berkata lirih.

“Aku tau kau baik – baik saja.”

Datar, namun seolah begitu yakin dan mengerti dengan apa yang dia ucapkan.

“Kau tak tau apa – apa!” Teriakku.

Aku menangis. Dan lagi – lagi dia hanya diam saja melihatku. Matanya menyiratkan banyak hal, namun wajahnya begitu datar. Dia melihatku menangis. Dia memelukku hangat. Menenangkan tangisku tanpa satu katapun. Aku terkesima sejenak, dan menatapnya. Yang kulihat hanya rasa hangat. Aku tak tau siapa orang ini. Malaikatkah?

-nIx-


to be continued

Sayap – sayap yang kunanti

Prologue,,
Nixie memandang nanar kedua orang tuanya. Dia sendirian sekarang dirumah. Padahal anak ini baru berumur tiga tahun.
Seharusnya aku tak mengerti dan tak mau mengerti. Namun takdir berkata lain, keabnormalanku membuatku mengerti semuanya. Meskipun masih secara mendasar. Namun apakah aku akan memahami segalanya tepat pada waktunya nanti saat aku sudah besar. Otakku penuh tanda tanya. Dan segalanya mulai sunyi.




“Damn!!” teriak ku.
Aku masih tak mengerti. Apa didunia ini tidak ada kesempurnaan. Orang lain selalu menganggapku sempurna. Tapi yang kutahu semua kesempurnaan ku palsu.
Tengukku bergetar. Aku ingin menangis begitu saja. Tapi tertahan. Aku hanya terdiam dalam pelukan sosok itu. Sosok yang begitu ku kagumi.
Andai saja sosoknya milikku. Mungkin pandanganku tentang kesempurnaan akan sedikit berbeda. Namun sekali lagi bahkan bayangnya pun seolah bukan untuk ku.
“sudah kah sedihnya manis? Kakak rindu senyum mu.”
Ucap kak sofyan, dan mengusap lembut kepalaku. Aku mendongak. Memperlihatkan cengiran terbesarku, dan tersenyum padanya. Setelah membalas senyumanku, memelukku erat sekali lagi, kak sofyan menggandengku.
Semuanya tanpa kata. Namun pesan nya yang penuh sayang selalu tersampaikan padaku. Kak sofyan menyayangiku, menghargai kesempurnaan sekaligus kekuranganku, selalu ada saat ku membutuhkannya.
Namun entah kenapa kami tak pernah bisa saling memilikiku. Imajiku tentangnya tak terbatas. Dia sosok malaikat impianku. Dan hadir begitu saja dalam hidupku. Seolah Tuhan begitu baik padaku.
Jarak kami terlampau jauh. Sepuluh tahun. Tapi aku begitu menyayanginya. Mengaguminya.
“yuk, belajar lagi. Jangan sedih lagi ya? Kakak nanti sedih juga liatnya. Nggak mau kakak sedih kan?”
Aku menggeleng kuat. Dan sosok itu tersenyum padaku. Aku bahagia.
Sedang tahun dan waktu berlalu begitu cepat. Aku semakin menyadari apa yang terjadi dalam hidupku. Tingkat depresiku semakin tinggi. Namun sosok itu masih menemaniku. Tak pernah beranjak. Sesekali berbicara padaku, menghibur tangisku. Aku melihat dunia dari kasih sayangnya.
-nIx-
“kamu nggak tau ya ni? Kamu sama dia beda dunia!” jelas naida, kakakku.
“Ni nggak mau tau! Kakak selalu nemenin ni kapanpun ni mau! Ni nggak mau tau kalo kakak beda dunia! Na bohong sama ni! Ni ngeliat kakak sama kayak yang laen! Na nggak tau apa – apa!” teriakku murung. Sosok itu tersenyum murung memandangku penuh arti. Dia mendengar semuanya. Dia mengetahui segala yang ku bicarakan.
“kamu harus sadar! Itu kelebihan kamu ni! Kamu harus bisa bedain! Nggak selamanya kamu hidup kayak gini! Realistis ni! Kalian nggak bisa idup bersama!” debat na lagi.
“kalo kakak beda dunia sama ni, kenapa na juga bisa liat? Kenapa na juga tau!” teriakku
“na udah bilang! Na kayak kamu! Sadar ni! Kamu emang dikaruniai buat bisa ngeliat dunia mereka, tapi nggak buat hidup bareng mereka. Kita beda dunia. Kamu harus ngehargain itu. Tanya sendiri sama kakakmu kalo nggak percaya.” Tantang na.
Aku mulai memandang sosok itu penuh tanya. Ia tersenyum murung dan mengangguk. Mengiyakan apa yang na katakan. Aku tak siap menerimanya. Bahwa sosok itu bukan milikku. Tatapku kosong. Tubuhku bergetar. Aku kehilangan. Kehilangan yang tak seharusnya. Seharusnya aku tak pernah memahami segalanya. Aku ingin menyesali kelebihanku. Tapi aku tak pernah diajari kata menyesal.
Sosok itu mulai berbisik padaku. Bahwa aku telah dewasa dan seharusnya tahu segalanya. Bahwa sudah waktunya dia pergi. Aku ingin merengkuhnya seperti dulu. Namun aku mengerti, tak seharunya kulakukan itu. Na merengkuh tubuhku dan berkata bahwa na akan menjagaku saat kak sofyan tidak ada.
“kakak nggak beneran pergi. Kakak cuman nggak mau kamu ngeliat apa yang seharusnya nggak kamu liat. Kakak bakal tetep ada disamping kamu kok. Kalau kakak pergi nanti, kamu nggak bisa ngeliat yang kayak kakak lagi. Tapi kamu tetep bisa ngerasain kalau kakak ada disamping kamu. Jangan sedih lagi. Kakak nggak suka. Suatu saat nixie bakal dapet malaikat beneran. Kakak bakal nunggu sampai malaikatnya dek dateng. Kakak sayang kamu.”
Itu adalah kalimat terpanjang yang pernah diucapnya. Dan hari itu pertama kalinya aku menangis setelah sekian lama. Air mataku mengalir begitu saja. Tubuhku bergetar hebat. Aku tak mau mengerti. Gumamku berkali – kali.
Satu tahun berlalu. Aku duduk di atas kasur rumah sakit. Entah kenapa semakin banyak masalah yang kudapat tubuhku tak dapat menerimanya. Aku semakin sering keluar masuk rumah sakit. Namun keadaan ku sedikit terhibur dengan adanya internet,laptop, dan sahabat kesayanganku.
Wahyu qsruh : sakit lagi ia?
Nixie : ia ne. humb.
Wahyu qsruh : jangan sakit lagi ia? Ntar q sedih klo kmu sakit
Nixie : humb. Iah diusahain.
Orang ini, sikapnya begitu tidak asing bagiku. Aku merasa nyaman. Entahlah kita bersahabat baik beberapa bulan yang lalu. Namun entah mengapa aku merasa telah mengenalnya begitu lama. Entah mengapa aku begitu menyayanginya. Menyayanginya begitu saja.
Dan entah mengapa, semakin aku menyayangi orang ini semakin jarang aku merasakan kehadiran kak sofyan. Namun aku merasa tak terganggu dengan hal itu. Ah, jangan – jangan orang ini…





Epilogue,,
Beberapa bulan kemudian rian memintaku menjadi kekasihnya. Aku semakin yakin akan kehadiran orang ini. Bagiku sosok rian cukup untuk menggantikan segalanya. Cukup bagiku untuk menjadi alasan ku bangkit sekali lagi. Untuk mencoba percaya sekali lagi. Untuk sekali lagi memahami hidup. Dan meyakinkan diriku bahwa dialah malaikat yang selama ini kutunggu…


-nIx-

Thursday, April 28, 2011

rumah sakit agy,, rumah sakit agy,,,

OMG!!

plies.ia
sudah keberapa kalinya saya memasuki rumah sakit yang sama sodara - sodara ??!!
saya kan bosan!!!

you know?
how it feel when u get cough,,
say it for a month,
and doctor already said that you hurt your lungs..
you maybe said like me.
'i thought it's just my bronkhitis'
but the real it more,,


i feel suck.
for being in hospital for a long time
it's already a week..

but thanks my boy friend, an my friends..came and see me.
i almost feel that it will be the most bored holiday in my whole life..
but not really..

this blog already become a diary though.
even i start it with another thing,,
hhe


:D

Thursday, March 17, 2011

apa sebenerna belajar itu buat w atau orang lain??

asking...??

why in indonesia every child must smart in science lesson..?

soalna baru anak itu dibilang pinter.
knpa sii gg ada yg mau ngehargain kemampuan seorang anak itu emang gg di sana??
kenapa??

gue uda capek sodara - sodara..
capek banget buat belajar sesuatu yang nggak gue suka sama sekali..
gue punya cita - cita gue sendiri!!

gue juga punya keinginan gue sendiri..

knpa nggak ada yang pernah mau ngehargain??

apa masalahnya kalo w jadi penulis, atau musisi, atau designer??

apa masalahnya kalo gue nggak jadi astronot yang diimpiin hampir semua anak?
apa masalahnya kalo gue nggak bercita - cita jadi arsitek kyak yang semua orang pengen??

apa masalahnya?
bukannya mereka sama - sama menghasilkan sesuatu?
apa sih masalhanya kalo pelajaran yang gue suka nggak sama kayak yang orang tua harapin biar gue sukain??
apakah itu berarti gue jadi anak nakal??
plies...

harusnya belajar itu sesuatu yang menyenangkan kan?
bukan yang dipaksain..??

huhuhuhuhuhuu.....

Sunday, January 16, 2011

i like my mentor..

wee..
gila!!
asik bgt,,
padahal bukan psikolog..
:D
pi w dah ngrasa nyaman cerita tentang dri w sendri
rasanya kyak cerita ma bokap..
pi bokap dah lama bgt g kyak gitu..
huhuhu..:((

ups.. btw..
w harus cepet2..
uda malem,,
banyak tugas..

oia, ni menghitung mundur buat LOT4US..
moga kita menang,,
moga kita untuk slamanya..
:D