Aku ingin mencintai laki-laki yang menyayangiku apa adanya. Bukan laki-laki yang memandangku hanya dari tubuhku, atau bagaimana cara memanfaatkannya. Aku tak pernah meminta banyak hal. Hanya cinta. Terlalu banyak kah?
Aku menangisi hariku. Menangisi kesalahan yang hari ini telah ku perbuat. Bercinta dengan pacar-pacar ku. Tuhan, aku ingin berhenti melakukan ini semua. Untuk kesekian kalinya aku menangisi kesalahan yang tak kulakukan. Aku mulai asing dengean hari-hari ku. Dan tentu saja, diriku.
Aku tak pernah mengerti kenapa harus diriku yang dikaruniai kelebihan yang menurutku unik pada awalnya. Namun, hal yang berusaha ku kendalikan, merusak ku. Perlahan. Aku memiliki kepribadian ganda. Tak banyak yang tahu akan hal ini. Aku selalu ingin terjaga. Bagaimanapun keadaan ku. Aku berusaha tak melamun, berkonsentrasi penuh pada apa yang kualakukan. Karna suatu saat tanpa sadar, kepribadian ku yang lain muncul.
Aku menyayangi kepribadian itu sekaligus membencinya. Dia adalah diriku. Namun aku merasa asing dengannya. Namaku nixie, dan kepribadian ku yang lain menamainya nicky. Nicky adalah pribadi yang tegar, cuek, cerdas, penuh perhitungan dalam hal-hal yang dia kerjakan. Terlihat seperti pribadi yang menarik dan misterius. Namun satu yang kubenci darinya. Kegilaannya! Dia tak kan peduli hal itu salah atau benar jika menyukainya. Dia akan melakukannya apapun halangannya. Dan makhluk ini sangat menyukai hal-hal gila. Dia senang melanggar peraturan.
Dia membuatku terlihat berbeda. Cerdas, dan lebih dari orang lain. Dia adalah masa laluku yang terpendam. Dia adalah sifat gilaku yang kukekang. Namun pengaruhnya setara dengan diriku. Hingga tanpa sadar kepribadian itu muncul. Aku berusaha mengendalikannya. Mencoba. Namun satu yang kutahu. Segalanya telah terlambat.
Aku tahu dengan pasti, bahwa sex adalah kebutuhan dasar semua manusia. Namun aku tahu jelas dan pasti bahwa segalanya memiliki batasan-batasan tersendiri. Mungkin hanya prinsip yang mengakar pada alam bawah sadarku lah yang menolongku. Setidaknya aku masih dapat mempertahankan keperawananku hingga detik ini.
Aku menyukai lelaki yang salah. Batinku hari itu. Aku menyayanginya. Pada awalnya hanya menyayanginya. Hingga sampai suatu saat, dia meminta apa yang telah diminta lelaki lain padaku. Aku sedikit mengelak. Tak menjawab iya, atau tidak. Aku sudah tak ingin mengulang kesalahan yang sama. Aku ingin berusaha menjadi diriku. Hanya diriku. Bukan masa laluku.
Dan entahlah. Kepribadian itu selalu muncul disaat aku benar-benar tidak menginginkannya, atau amat membutuhkannya. Aku tak mengerti. Dan sekali lagi aku melakukan kesalahn yang sama. Aku ahanya bisa menangisinya di dalam alam bawah sadarku. Kemunculannya bagaikan mimpi bagiku. Seolah aku bermimpi tentang diriku sendiri. Dan begitu ku terbangun, segalanya telah menjadi nyata.
Namun kali ini berbeda. Lelaki ini berkata jika apa yang dia minta adalah yang terakhir kalinya. Dia berkata seoloah dia benar-benar menghargaiku. Diriku. Bukan yang lain.
Kesalahanku adalah mendengarkan apa yang dia katakan dalam mimpi-mimpiku yang nyata. Aku mendengarkannya dan berharap kata-kata itu kan menjadi nyata. Namun apa yang dia katakan tak lebih janji-janji busuk yang lain. Dan aku. Tersiksa pada mimipi-mimpi panjang tentang cinta yang tak kan pernah nyata.
Kini aku terbangun dari mimpi-mimpi panjang ku yang menyakitkan. Aku ingin bangkit. Dari apa yang telah mengekang diriku. Aku ingin bebas dari diriku sendiri. Namun pada kenyataannya, bayang mimpi-mimpi nyata itu akan terus membayangiku selamanya.
Ponorogo, 27 September 2009
No comments:
Post a Comment